Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh tuntutan, kita sering merasa harus selalu tampil kuat, bahagia, dan produktif. Kita diajarkan untuk tersenyum meski hati sedang lelah, untuk menjawab "aku baik-baik saja" walau sebenarnya ingin menangis. Tapi tahukah kamu? Tidak apa-apa jika sedang tidak baik-baik saja.

Menjadi manusia berarti merasakan berbagai emosi. Ada hari-hari penuh tawa dan keberhasilan, tapi ada pula hari-hari penuh kegelisahan, kesedihan, atau bahkan kehilangan arah. Semua itu adalah bagian dari perjalanan hidup. Kita tidak harus selalu kuat. Kita tidak harus selalu semangat. Dan kita tidak harus selalu baik-baik saja.

Menerima Perasaan Adalah Tanda Kekuatan

Mengakui bahwa kita sedang tidak baik bukanlah kelemahan. Justru, itu adalah bentuk kejujuran terhadap diri sendiri. Saat kita mengakui perasaan kita, kita memberi ruang bagi diri untuk bernapas, sembuh, dan tumbuh. Kita belajar menjadi manusia yang utuh, bukan hanya yang terlihat "sempurna" dari luar.

Tidak Sendiri, Banyak yang Merasa Sama

Yang sering terlupakan adalah, kita tidak sendirian. Di balik senyum orang lain, mungkin juga ada luka. Di balik pencapaian seseorang, bisa jadi ada perjuangan panjang yang tak terlihat. Maka, jangan ragu untuk membuka diri. Bercerita, mencari bantuan, atau sekadar mengistirahatkan diri bukanlah tanda menyerah—itu adalah bagian dari merawat diri.

Pelan-Pelan Saja, Asal Terus Melangkah

Kalau hari ini terasa berat, tidak apa-apa untuk berjalan pelan. Tidak harus berlari. Tidak harus produktif. Cukup ambil napas. Rasakan. Terima. Lalu, lanjutkan langkah kecilmu. Karena terkadang, bertahan hari ini saja sudah merupakan sebuah pencapaian besar.

Tidak apa-apa jika sedang tidak baik-baik saja. Yang penting adalah kamu tahu bahwa ini hanya bagian dari perjalanan, bukan akhir dari segalanya. Perasaanmu valid. Kehadiranmu penting. Dan harapan itu, meski samar, tetap ada.

Jaga dirimu. Dengarkan hatimu. Dan ingat: kamu berhak untuk merasa, untuk sembuh, dan untuk bahagia.